ITUKUPOKER - Pesawat bomber dengan tingkat akurasi tinggi, drone bersenjata yang dibimbing oleh satelit, dan kamera mata-mata yang mengintip di atas langit. Semua itu adalah sebagian kecil dari mesin militer terunggul milik Amerika Serikat.
Agen Judi Online Terpercaya - Mutakhir, karena seluruhnya dipandu oleh sistem pemosisi global (GPS) yang seakan-akan berperan sebagai panca indera mesin-mesin tersebut. Namun jangan salah, apa yang dianggap sebagai suatu keunggulan justru dianggap berpotensi memiliki efek bumerang yang membawa kehancuran.
Anggaplah musuh seperti Korea Utara misalnya menghancurkan atau setidaknya mengganggu 70 persen mesin perang terkomputerisasi dan terpandu GPS atau satelit milik Amerika Serikat.
Alhasil, seperti makhluk hidup yang panca inderanya terganggu, serangan tersebut tentu akan berdampak sangat buruk bagi militer Negeri Paman Sam dalam mengantisipasi gelombang serangan lanjutan. Dan seorang Kolonel Angakatan Bersenjata AS menyadari hal tersebut.
Bandar Poker Online Terpercaya - "Justru jauh lebih murah dan mudah bagi musuh untuk mengganggu atau merusak satelit militer AS, ketimbang mengembangkan platform satelit orbit mereka sendiri," kata Kolonel Richard Zellmann, komandan 1st Space Brigage, di bawah naungan US Space Army Space and Missile Defense Command.
Untuk Angkatan Darat AS saja, hampir 70 persen sistem tempur utamanya bergantung pada sinyal satelit luar angkasa. "Struktur proyeksi kekuatan kita (AS) sangat mengandalkan sistem GPS dan komunikasi satelit. Dan kita sangat mematikan karena memiliki sistem tersebut," tambah Zellmann.
"Namun saat kita (AS) kehilangan sistem tersebut, maka kita akan berperang seakan seperti pada masa zaman pra-industri, di mana membutuhkan kekuatan manusia tiga kali klipat lebih banyak guna untuk mengalahkan lawan".
Agen Poker Online Terpercaya - Di tambah lagi atas fakta kalau Rusia dan China sama-sama mengembangkan satelit yang mampu melakukan manuver melalui luar angkasa, yang berpotensi membuat mereka menghancurkan objek lain yang mengorbit, termasuk milik AS. Fakta tersebut, menurut Zellmann, semakin memicu AS untuk mengembangkan strategi peperangan tanpa mengandalkan teknologi satelit atau yang sejenisnya.